
****
beritasebelas.id, Palembang – Angka kematian bayi di Sumatera Selatan (Sumsel) turun hingga 89 persen dalam rentang waktu 50 tahun terakhir.

Hal ini dengan adanya pembangunan bidang kesehatan yang ditandai dengan peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebesar 17,75 persen di Indonesia.
Kepala BPS Sumsel Zulkipli melalui Statistisiadya Sumsel Eko Tris Darmanto
mengatakan, tersedianya infrastruktur kesehatan yang ditunjang tenaga medis dan non medis menjadikan banyaknya bayi dan ibu terselamatkan pada saat proses kelahiran.
Selain itu Eko mengungkap, kebijakan transmigrasi yang dibuat pemerintah pada puluhan tahun silam memberikan dampak pada penyebaran penduduk termasuk kebijakan program Keluarga Berencana (KB) dinilai efektif dalam untuk menekan angka kelahiran.
Angka kematian bayi ( IMR) menurun signifikan dari 25 per 1000 kelahiran hidup pada Sensus. Penduduk 2010 menjadi 16,78 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020,” ungkap Eko melalui live streaming BPS Sumsel terkait Long Form SP2020, Senin (30/01) kemarin.
Lanjut dikatakan Eko, adanya perbaikan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI menjadi faktor bayi mampu bertahan hidup.
Berdasarkan Long Form SP2020 mencatat TFR Sumatera Selatan sebesar 2,23 yang berarti rata-rata sekitar 2 anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya walaupun masih ada juga yang melahirkan 3 anak.
“Angka Kematian Ibu (AKI) hasil Long Form SP2020 di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 175 yang artinya terdapat 175 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup,” kata Eko.
Untuk diketahui dalam 50 tahun terakhir, kependudukan di Provinsi Sumsel mengalami perubahan dari segi jumlah, persebaran, dan struktur penduduk. Hal ini dipengaruhi oleh peristiwa kependudukan yang terjadi yaitu kelahiran (fertilitas) kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mobilitas penduduk).