
****
beritasebelas.id, Palembang – Inflasi tahunan (year to year) di Sumatera Selatan (Sumsel) bertahan di angka 3,17 persen,
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 116,48.

Angka itu melebihi nilai nasional senilai 2,16 persen. Kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan Moh Wahyu Yulianto mengungkapkan bahwa
inflasi terjadi karena dipengaruhi oleh biaya hidup masyarakat yang meningkat sepanjang tahun kemarin terhadap sektor pangan.
Utamanya beras yang saat ini harganya masih terbilang mahal sebesar Rp 12 ribu perkilogram.
“Selain beras, inflasi terjadi karena tingginya nilai konsumsi,” ungkap Supriyanto, Rabu (3/1/2024).
Sementara biaya hidup pada sektor pangan mendominasi sebesar 33 persen, dan 62 persen non pangan.
Untuk inflasi yoy paling tinggi terjadi di wilayah perkotaan seperti Kota Palembang dan Lubuk Linggau.
“Di Palembang inflasi terjadi sebesar 3,22 persen dengan IHK sebesar 116,53, dan untuk Kota Lubuk Linggau sebesar 2,61 persen dengan IHK sebesar 115,97,” ujar Supriyanto.
Pada Desember 2023, inflasi di Sumsel ditutup rendah di angka 0,15 persen.
Namun, dikhawatirkan kondisi ini dapat menjadi pemicu atau dorongan nilai inflasi akan tinggi di periode berikutnya. Mengingat, adanya momen pemilu.
“Untuk itu kami meminta kepada pemerintah daerah agar melakukan pemetaan di daerah masing-masing, karena mengingat tingkat konsumsi makanan masyarakat lebih banyak, harus diantisipasi dengan ketersediaan barang,” beber Yulianto.
“Karena kalau uang banyak, tetapi barangnya sedikit otomatis akan ada peningkatan, hukum ekonominya kan begitu, mudah mudahan bisa terjaga inflasi Tahun 2024,” sambung Yulianto.
Yulianto juga meminta tim pengendalian inflasi untuk mempetakan di tahun 2024 sejak Januari.
“Jangan lengah, hanya mengantisipasi natal dan tahun baru, tetapi Januari tidak diantisipasi,” pesan Yulianto.
“Makanya program pemerintah seperti operasi pasar dan pasar murah tetap dilakukan pada beberapa bulan ke depan untuk mengantisipasi terjadinya inflasi,” pungkas Yulianto.