****
beritasebelas.id, Palembang – Selain Songket, ternyata Palembang memiliki kain khas lainnya yakni Blongsong Limar Songket atau disebut dengan Blongket.
Sama seperti Songket, pada umumnya Blongket juga memiliki motif khas Palembang hanya berbeda cara menenunnya saja.
Salah satu pengrajin Blongket yang berada di kawasan Sentra Tenun Tuan Kentang, Palembang, Khoiron menjelaskan jika kain khas Palembang ini merupakan tenun turunan dari motif limar songket.
Antara kain Songket dan Blongket memiliki warna yang cerah dan beragam motif, biasanya Songket didominasi dengan warna merah emas dan relatif halus serta memiliki filosi sendiri.
Sedangkan Blongket dasarnya merupakan kain blongsong yang ditenun menggunakan tambahan benang emas membentuk ornamen pada Songket.
“Biasanya para pengrajin menenun kain blongsong menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),” ujar Salah seorang pemilik UKM Tenun ATBM Sarung Tajung dan Blongket Khas Palembang, Khoiron, Sabtu (3/6/2023).
Generasi ketiga ini menyampaikan jika tenun yang ia kerjakan sekarang merupakan warisan turun temurun yang masih terus berjalan sampai saat ini.
“Kalau tenun Songket kan lebih memperlihatkan kemewahan dan berbeda cara menenunnya dengan Blongket, namun secara garis besar dua kain tenun khas ini merupakan peninggalan budaya dari nenek moyang kami karena sudah turun temurun sejak tahun 70an,” imbuhnya.
Ia menjelaskan jika proses pembuatan kain Blongket sendiri cukup banyak rentetannya, oleh karena itu setiap proses dikerjakan oleh orang yang berbeda.
“Ada yang masih jalan itu sistem sub, jadi warga sekitar yang kita latih dibagi-bagi tugasnya, misalnya tekniksi mesin, untuk pencukitan, penggulungan benang besar,” jelasnya.
Lebih lanjut dirinya mengungkapkan usaha yang sedang dikembangkan ada untung dan ruginya serta bermanfaat.
“Sekarang untuk beberapa bagian yang seperti pengelosan, penghanian sama pelimaran itu kan pekerjaan yang cepat dikerjakan. Biasanya untuk melimar butuh waktu selama tiga hari untuk satu limaran, kalau untuk menenun membuuthkan waktu sekitar 10 hari baru bisa kelar,” lanjutnya.
Ia menyebutkan jika harga per meter kain blongket tersebut berkisar Rp125 ribu hingga Rp650 ribu permeter tergantung jenis dan prosesnya.
“Kalau sekarang bener-bener tidak bisa diprediksi ya kita ini kan dalam satu bulan lebih produksi itu sekitar 350-400 meter, kalau misalkan itu terjual semua waktu lagi ramai-ramainya itu bisa sampai Rp.100-150 juta lah ya perbulan,” sebutnya.
Berbeda dengan tahun sebelumnya, ternyata disepanjang tahun 2023 ini penjualan kain baik Songket ataupun Blongket mengalami penurunan yang sangat drastis.
“Tapi sekarang nggak nyampe lagi sekarang sekitaran Rp. 30-50 juta per bulan tapi untungnya ga banyak karena akan ada produksi sama upah kerja ini kita tinggi, kalau sekali produksi perbulan kalo dinyatakan itu 350-400 meter sebulan,” ungkapnya.
Untuk harga dibandrol mulai dari Rp450 ribu hingga jutaan, hal tersebut dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kain yang dipakai.
“Kalau waktu pandemi kemarin bisa sampai Rp 150 jutaan lah perbulan kemungkinannya paling kita ambil marjin sekitar 20-25% dalam satu kain nggak banyak, waktu 2018 itu yang paling banyak itu kain selendang itu banyak yang ngambil dari Bali kalau sekarang bahan meteran bahan yang gulungan itu. Lebaran kemarin juga nggak meningkat, kita itu kita meningkat di bulan Desember lalu yang ada pameran itu bisa tembus sampai 80%-85% sudah itu balik lagi sepi,” tutupnya.