Budayawan Tolak Pembangunan Lift: Status Jembatan Ampera Belum Jadi Cagar Budaya

| |

Kop
Umnah

****

beritasebelas.id, Palembang – Wacana pembangunan lift di Jembatan Ampera saat ini banyak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan, salah satu pihak yang menolak keras adanya pembangunan tersebut yaitu dari kalangan Budayawan Sumsel yaitu Kemas AR Panji.

Budayawan Sumsel, Kemas AR Panji – foto Umnah beritasebelas.id

Saat dimintai tanggapannya selaku Budayawan Sumsel, Kemas AR Panji menjelaskan alasan dibalik penolakan wacana pembangunan lift di jembatan Ampera yang dikenal sebagai icon kota Palembang.

“Jika membahas mengenai jembatan Ampera, maka kita harus kembali ke sejarahnya. Kita sebagai warga Sumsel khususnya warga kota Palembang harus tahu alasan mengapa bagian tengah jembatan Ampera yang bisa naik turun tersebut tidak lagi difungsikan,” kata Kemas pada wartawan saat diwawancarai via WhatsApp pada Rabu, (16/11/22).

Kemas AR Panji membeberkan salah satu alasan tidak berfungsinya bagian tengah jembatan Ampera saat ini dikarenakan beban ampera yang semakin berat seiring perkembangan jaman.

“Seperti yang kita ketahui bahwa dulu Ampera adalah satu-satunya jembatan penghubung antara ilir dan ulu sehingga beban di jembatan Ampera itu terlalu berat. Maka salah satu solusi yang dilakukan oemerintah saat itu adalah menghentikan laju naik dan turun di bagian tengah jembatan,” tuturnya.

Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan bahwa pembangunan jembatan Musi 2 hingga Musi 6 saat ini juga merupakan bagian dari solusi untuk mengurangi beban di jembatan Ampera.

“Karena Ampera itu sudah tua, dia menampung beban yang melebihi kapasitasnya sendiri. Sehingga apabila wacana penbangunan lift tersebut benar terjadi, maka itu akan menambah beban Ampera sendiri,” lanjutnya.

Tidak berhenti sampai disitu, Kemas juga menikai bahwa pembangun tersebut sudah pasti akan merubah struktur bangunan dan keaslian jembata Ampera itu sendiri.

“Kalau hanya sekedar untuk wisata pandang, maka bisa ditempat lain seperti di kantor walikota juga bisa dimaksimalkan. Tidak harus di Ampera, meskipun memang bisa membuka peluang aset pariwisata, sisi kanan dan kiri bisa naik turun tapi apakah itu bisa menjamin keamanan masyarakat tidak?” katanya.

Alasan lain dibalik polemik pembangunan lift di sisi kiri dan kanan jembatan Ampera yang diungkapkan oleh Kemas AR Panji yaitu terkait status jembatan Ampera sebagai cagar budaya.

“Usia Jembatan Ampera ini sudah lebih dari 50 tahun, namun statusnya sebagai cagar budaya masih ditahap SK Walikota sehingga belum ditetapkan sebagai cagar budaya dimata negara. Karena untuk menjadikan sebuah peninggalan sebagai cagar budaya maka harus melalui tiga tahapan yaitu SK Walikota, kemudian SK Gubernur baru di tahap nasional melalui kementerian,” ungkap Kemas.

Menurutnya, hingga saat ini kota Palembang belum memiliki cagar budaya dikarenakan banyak bangunan dan situs-situs peninggalan yang tidak terjaga sehingga banyak yang rusak.

“Melihat fenomena tersebut, yang harusnya dikejar oleh pemerintah saat ini adalah meresmikan peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di kota Palembang sebagai cagar budaya, mulai dari Benteng Kuto Besak (BKB) lalu ke Masjid Agung Palembang dan berputar hingga ke Sekanak harusnya dijadikan kota tua oleh pemerintah. Itu yang harusnya menjadi prioritas pemerintah dalam menjaga peninggalan-peninggalan bersejarah yang ada di kota Palembang,” tegasnya.

Sesuai perencanaan, tahun 2022 pemerintah akan melaksanakan pemasangan satu lift pada menara sisi hilir dan menara di sisi ulu direncanakan pada tahun 2023 dengan menghabiskan dana sekitar Rp27 Miliar dengan tujuan pengunjung bisa menikmati pemandangan kota Palembang dari ketinggian 50 meter.

“Apalagi dana 27 Miliar tersebut merupakan nominal yang cukup besar. Apakah pembangunannya sudah tepat? Sedangkan di Palembang saja jalan rusak masih banyak, program lain apakah sudah tertuntaskan? Lebih baik dana tersebut dialihkan ke program-program yang sifatnya lebih urgent seperti jalan rusak dan sebagainya,” tuturnya.

Wacana mengenai pembangunan lift di jembatan Ampera, dikatakan Kemas harus melalui kajian dengan seluruh pihak termasuk dengan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB).

“Jangan menambah beban Ampera, kalau orang mau berwisata di atas jembatan Ampera bagaimana jaminan keselamatannya? Bagaimana parkirnya? Kalau dari bawah jembatan artinya pengunjung harus jalan kaki naik dan turun, pembangunan lift itu juga sudah pasti akan membongkar tangga yang ada di sana,” tutupnya.

print
Sebelumnya

Pasca Pandemi Umroh Meningkat, Holiday Angkasa Wisata Lepas 433 Jamaah

Tak Indahkan Larangan, Warga Masih Sering Buang Sampah Sembarangan

Berikut