****
beritasebelas.id,Palembang – Naiknya harga minyak goreng sangat berdampak pada pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bumi Sriwijaya yang identik dengan ciri khas makanan pempek ini.
Harga minyak goreng yang naik turut mempengaruhi produksi, penjualan dan keuntungan harian apalagi untuk para pedagang pempek.
Para pedagang pempek harus memutar otak, agar produksi jualan tetap berkualitas meski biaya modal meningkat tajam, hingga harus menerima keuntungan tipis.
Lia pemilik Warung Makan Andalas mengungkapkan, cemilan paling laris dibeli konsumen adalah pempek, selain model dan tekwan. Namun karena harga minyak goreng naik, ia bingung mengatur modal masak agar tetap mendapatkan untung harian stabil.
“Karena dari pempek biasanya untung kita banyak. Kalau jualan nasi itu sedikit dibandingkan pempek ya. Tapi karena minyak goreng harga naik ini, kita tetap coba jualan dengan strategi mengecilkan ukuran biar dapet untungnya sama agar tidak rugi,” ungkapnya.
Kondisi saat ini, menurutnya membuat ia dilema untuk menyediakan stok pempek banyak dengan ketakutan tidak laku.
“Mau bikin banyak takut nanti tidak laku, jadi dilema ya, buat sedikit habisnya cepat,” ujarnya.
Sementara, Titi Owner Pempek Izzu Palembang menambahkan, kenaikan harga minyak goreng hingga dua kali lipat sempat membuatnya syok. Ia menceritakan banyak dampak bagi pedagang terutama soal jumlah keuntungan yang diperoleh.
“Kaget, sebelum Rabu (16/3/2022) masih ada minyak goreng dengan harga subsidi untuk kemasan bagus, tiba-tiba besoknya mendapat informasi harga minyak goreng perliter mencapai harga Rp 25 ribu perkilonya,”katanya.
Ia menyebut, saat minyak goreng harganya masih subsisidi, pemerintah cukup banyak membantu UMKM. Namun situasi sekarang dengan harga tak menentu, membuatnya mengurangi stok pembuatan pempek krispi.
“Kalo pempek krisipi harus banyak minyaknya. Satu hari bisa 5 liter minyak goreng dan kalau begini imbasnya keuntungan kami kecil. Harapannya mudah-mudahan bisa normal lagi. Karena ini juga masih dalam kesulitan ekonomi,” timpalnya.
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh Siska Hariani, pemilik usaha Pempek Labibah, ia menutur, jika mahalnya harga minyak goreng membuat biaya produksi meningkat 15 persen. Sebab minyak goreng merupakan salah satu bahan baku membuat pempek.
“Sebenarnya selain minyak goreng, tepung tapioka dan tepung terigu mulai merangkak naik. Saya bisa menghabiskan 0,5 liter minyak goreng per hari untuk buat pempek,” jelas dia.
Siska menyampaikan, biaya produksi bisa mencapai Rp130.000 per kilogram adonan pempek dan saat ini ia terpaksa menghabiskan Rp150.000 per kilogram adonan pempek.
“Mau ngga mau biar bisa tetep jualan, saya harys mengecilkan ukuran pempek. Cara ini lebih baik daripada harga pempek juga naik. Karena harga pempek naik konsumen protes jadi mahal, yang penting kualitas terjaga,” pungkasnya.
Seperti diketahui, pemerintah pusat resmi mencabut harga eceran tertinggi atau HET minyak goreng pada 16 Maret 2022 yang mengakibatkan kenaikan harga minyak goreng meningkat dua kali lipat termasuk di Palembang.