Gen Z Hadiri Temu Nasional Petani Kelapa Sawit Nasional APKASINDO

| |

Kop
Erika

****

Benny : Generasi Ke 2 Sawit Kunci Diplomasi Sawit Dipanggung Global

beritasebelas.id, Jakarta – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP APKASINDO) selenggarakan temu nasional petani kelapa sawit se-Indonesia dengan menghadirkan  1000 peserta, temu nasional kali ini mengusung tajuk  “Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Pilar Ekonomi Indonesia” di selenggarakan selama 2 hari dari tanggal  6 hingga 8 Desember 2023 di Grand Paragon Hotel, jalan Gajah Mada Jakarta.

Ketua DPW APKASINDO Sumsel H. Slamet Somosentono, SH (kanan)

Acara ini membahas isu-isu strategis terkait dengan sawit rakyat, utamanya program peremajaan sawit rakyat memiliki catatan khusus seperti masuk dikawasan hutan yang mengakibatkan tertunda proses replanting. Lebih dari itu, acara ini juga menyikapi perihal keberlanjutan sawit sebagai komoditi global yang harus tersertifikasi keberlanjutannnya dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial, serta ekonomi.

Dapat dilihat secara spesifik, pengetatan regulasi oleh Eropa seperti EUDR bak momok menakutkan bagi keberlanjutan industri gold oil ini. Setidaknya dalam tulisan media Republika Online menyebutkan Kebijakan EUDR bikin susah 3 juta petani sawit di dunia. Artinya masalah ini tidak hanya dialami Indonesia, namun juga negara produsen lainnya seperti Malaysia.

Generasi  ke 2 dipandang sebagai kunci bukanlah sekedar guyon belaka, karena generasi ke-2 ini (utamanya anak-anak petani sawit) memiliki kelebihan seperti akses informasi yang lebih luas, kemampuan untuk melakukan mobilitias jauh lebih aktif. Apalagi dengan produktifnya kegiatan skala regional (Asean Youth) menjadi jembatan yang mumpuni sebagai akses anak muda dalam menggalakkan kampanye sawit baik di kancah dunia.

Juga menyikapi hari ini, dengan semangat mendukung petani muda atau milenial ini. Negara harus lebih totalitas dalam memberikan dukungan berupa program-program pengembangan potensi pemuda petani, membuka kran akses anak muda untuk eksekusi peran diplomasi di level global.

Penguatan kealumnian penerima manfaat program SDM sawit (beasiswa atau pelatihan) tidak boleh lepas begitu saja, harus didukung dengan sarana kerja alumniya. Ini bukan soal manja tidaknya alumni, namun dalam rangka percepatan pembangunan sawit yang berkelanjutan. Dan meminimalisir alasan “kesulitan mendapatkan SDM”.

Ratusan bahkan ribuan alumni yang telah lulus program ini harus diberikan panggung untuk menunjukan bahwa anggaran yang telah diserap oleh mereka tidak terbuang sia-sia. Setidaknya 2023 Program SDM sawit salah satunya memberikan manfaat bagi 2.000 mahasiswa penerima beasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan catatan perguruan tinggi penyelenggara baru di Pulau Sumatera dan Jawa.

Kedepan, pulau tetangga seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Papua harus menjadi penyelenggara program ini. Utamanya peran strategis Kalimantan sebagai IKN kedepannya, Sulawesi yang mulai ramai dengan industrialisasinya dan daerah penyangga IKN kedepan nantinya.

Hilarisasi pun tidak boleh lepas, dan tidak bisa di labelling “Milik Industri Besar” karena sudah terdapat beberapa pengolahan hasil sawit berupa CPO yang diteruskan menjadi minyak goreng, pembangunan minyak goreng skala koperasi atau kelembagaan tingkat desa memiliki potensi besar. Setidaknya mampu

mencukupi kebutuhan lokal, menyerap alumni perrguruan tinggi asal desanya serta menstabilkan harga. Bukan tidak mungkin potensi pabrik mini memproduksi produk turunan CPO lainnya.

print
Sebelumnya

Dosen U-PGRIP Ajarkan Konsep Percepatan Membaca Bahasa Inggris di SMK Bakti Ibu

Sambut Hari Ibu, Fiesta Gelar Lomba Masak di Palembang

Berikut