****
BI Imbau Tetap Jaga Harga Pangan di Palembang Agar Tetap Terkendali Hingga Akhir Tahun 2023
beritasebelas.id, Palembang – Deputi Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Selatan Nur Cahyo mengatakan kenaikan harga bahan pangan jelang akhir tahun di sejumlah daerah di Indonesia membuat inflasi semakin mengalami peningkatan, termasuk di Kota Palembang. Meski harga bahan pangan cukup terkendali, hal itu tetap harus dijaga agar inflasi di Kota Palembang terkendali hingga akhir tahun 2023.
“Adanya inflasi menunjukan pertumbuhan ekonomi dan inflasi bukan sesuatu hal yang buruk, karena dengan adanya inflasi mengindikasikan adanya daya beli, pergerakan serta pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Hanya saja, inflasi harus tetap dijaga agar jangan sampai terlalu tinggi,” katanya, Rabu (29/11/2023).
Lebih lanjut, tren inflasi Palembang terus mengalami penurunan sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tahun lalu. Akan tetapi, pada bulan Oktober 2023 lalu kenaikan inflasi mencapai sebesar 0,53 persen.
“Itu menjadi peringatan untuk menjaga laju inflasi pada November dan Desember 2023 agar tidak tembus di atas empat persen. Berdasarkan hasil tracking BI Sumsel pada bulan November 2023 akan terjadi kenaikan, sehingga perlu dijaga agar dalam dua bulan terakhir pada tahun 2023 tidak menghasilkan inflasi d atas empat persen,” ujarnya.
Adapun komoditas yang diperkirakan berpotensi mempengaruhi inflasi Kota Palembang, yakni cabai merah, cabi rawit, tempe dan tahu karena bahan dasar kedelai import mengalami peningkatan dan juga gula pasir.
“Jadi, terhadap sejumlah komoditas ini kami harap adanya upaya ekstra. Harga tahu dan tempe ini juga perlu diwaspadai, sebab harga impor kedelai sebagai bahan baku cukup tinggi,” lanjutnya.
Ia menjelaskan untuk menekan inflasi ini perlu upaya konkrit, fokus dalam menjaga pasokan dan ketersedian pangan.
“Ada empat upaya yang bisa dilakukan yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, keterjangkauan harga dimana jangan ada disparitas harga dan terakhir bahwa komunasi efektif antar berbagai pihak. Langkah strategis dan konverhensif yang mampu menekan inflasi,” jelasnya.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Sriwijaya Didik Susetyo menambahkan jika salah satu faktor penyebab inflasi di kota Palembang adalah tarif dasar listrik PDAM yang juga mengalami kenaikan.
“Hal ini nyatanya membuat daya beli atau kemampuan ekonomi masyarakat mengalami penurunan, maka dari itu perlu ada langkah agar tidak terjadi penuruanan kemampuan masyarakat,” tambahnya.
Menurutnya, dalam penetapan harga PDAM pemerintah jangan terlalu tinggi mengambil keuntungan. Sebab, ada hal sosial yang harus dipikirkan agar masyarakat kehidupan ekonomi tidak terganggu.
“Dampak pemicu inflasi harusnya dihitung rata-rata pertahun atau tingkat inflasi pada bulan oktober tersebut, lalu alasan tidak naik jangan diakumulasi dengan periode tertentu. Tidak hanya itu, inflasi kota Palembang kan masih tergolong terkendali yakni dibawah 3 persen. Maka kenaikan itu harusnya cukup sebesar itu saja,” ucapnya.