—
Arto
Benar saja, IMA World mencatat angka stanting di Sumatera Selatan belakangan cukup harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan dinas terkait. Pasalnya, berdasarkan catatannya stanting suatu kondisi gizi buruk yang menahun, dari hasil survei pemantauan status gizi menurut indikator anak balita di Banyuasin status sangat pendek 16,6 persen, pendek 16,2 persen dan stanting 32,8 persen dan normal 67,2 persen.
Sedangkan di Sumatera Selatan angka stanting lebih rendah dari Banyuasin, di Sumatera Selatan 22, 8 persen angka stanting. Demikian mengemuka dalam diskusi publik dan phase out program kampanye gizi Nasional yang dipersembahkan oleh IMA World di Hotel Raden Palambang, Kamis 15 Februari 2018.
Hadir sebagai narasumber, Sukarna, Bappeda Banyuasin, Basarul, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Banyuasin, Yeni Roslaini, konsultan IMA World Health. Terkait dengan kondisi gizi dan pangan, Bappeda Banyuasin telah menyusun rencana aksi daerah pangan dan gizi (RAD-PG) Banyuasin 2017-2018.
Menurut Sukarna, dukungan kebijakan pemerintah kabupaten melakukan kerja sama Tim Penggerak PKK dan Dinas Ketanganan Pangan (Desa Mandiri Pangan ), Perda Kawasan Tanpa Rokok, Peraturan Bupati ASI eksklusif, Peraturan Bupati Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Pada bagian lain, Yeni memaparkan, setelah program KGN dan pencegahan stanting di Banyuasin, terdapat beberapa pencapaian. Pertama kebijakan daerah dan sudah terdapat naskah awal rencana aksi pangan dan gizi, makin tinggi pengaktifan posyandu.
“Hal ini ditandai dengan meningkatkan jumlah kedatangan ibu balita ke Posyandu yang naik 10 persen. Selain itu ujar Yeni, Posyandu menjadi tempat konseling bukan hanya untuk menimbang bayi. Selain itu bagaimana melibatkan para laki laki untuk mengurus anak-anak. Selain itu melibatkan tokoh agama, PKK, tokoh masyarakat, dan Kepala Desa,”terang Yeni.
Selain itu ujar Yeni, meningkatkan pelayanan kesehatan hingga ke Puskesmas. Beberapa cara efektif yaitu pelatihan komunikasi antar personal, aktivasi Posyandu dengan metode menarik, kemudian konseling individual bagi ibu hamil dan ibu baduta. Dalam dialog juga terungkap dari masyarakat dan stake holder menginginkan agar program dari MCAI melalui IMA wolrd health dapat dilanjutkan.