****
beritasebelas.id, Baturaja – Kabupaten Ogan Komering Ulu kembali melaksanakan Rangkaian Webinar Literasi Digital ke -22 pada Selasa (23/112021) dengan tema Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian.
Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Dirjend Aptika Kementerian Kominfo Republik Indonesia ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Dalam kegiatan ini, Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru,
juga memberikan sambutan yang positif terhadap kegiatan literasi digital yang diselenggarakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Beliau mengharapkan agar kegiatan ini dapat berdampak positif dalam kegiatan masyarakat yang saat ini dituntut untuk lebih sering menggunakan perangkat teknologi. Dengan literasi digital diharapkan masyarakat memiliki tanggung jawab dalam menggunakan internet dan memahami keamanan dalam bertransaksi didunia maya.
Webinar yang menyasar target segmentasi siswa/I MTs Negeri 1 Kabupaten OKU kali ini sukses dihadiri 306 peserta dari 775 pendaftar. Hadir sebagai narasumber pada webinar kali ini antara lain Azizah Des Derivanti, M.I.Kom dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional, Umar F Bahanan, M.Si juga dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Nasional, Alip Susilowati Utama, M.I.P. dosen prodi Ilmu Pemerintahan Universitas Baturaja, Rahmaniah, S.Pd. guru MTs Negeri 1 Ogan Komering Ulu serta Rezky Firmansyah selaku Key Opinion Leader (KOL).
Azizah mengungkapkan, internet merupakan perangkat yang saling terhubung satu dengan lainnya (interconnected network). Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam berinteraksi dengan media internet antara lain, perlu menyesuaikan dengan siapa kita berinteraksi, hal-hal yang bersifat privasi tidak perlu diumbar, jangan terjebak bullying dan sarkasme.
” Hal inilah yang dinamakan cakap dalam ruang digiltal,” Ujar Azizah.
Sementara Umar salah satu narasumber mengawali dengan satu pernyataan menarik yaitu siapa yang mampu mengelola informasi dengan baik akan memiliki posisi yang kuat untuk berkembang dan maju. Misalnya melihat konglomerasi dalam dunia media massa baik pada level nasional ataupun bahkan sampai level internasional seperti pendiri Facebook atau yang lainnya. Saat ini semua orang bebas berpendapat dan berekspresi, namun yang penting ditegaskan adalah kebebasan bukan tanpa batas dan etika.
” Penting untuk memahami batasan-batasan hal yang boleh dan hal yang dilarang dalam memanfaatkan dunia digital. Jaga privasi, jaga keamanan akun, menghindari hoax, menyebarkan hal yang positif, dan gunakan media atau perangkat digital seperlunya,” Ungkapnya.
Sementara Alip Susilowati Utama, dosen Universitas Baturaja menjelaskan saat ini masyarakat sudah memiliki budaya baru yakni Budaya Digital. Dimana dunia dan pendidikan khususnya mengalami perubahan yang sangat jauh dengan konteks dahulu sepuluh atau dua puluh tahun sebelumnya. Banyak dampak positif yang didapatkan dengan bantuan teknologi misalnya menjadi solusi ketika sewaktu-waktu belajar harus dalam jarak jauh.
“Clebih efisien dalam arti dapat menggantikan kertas fisik menjadi lembaran yang bersifat soft file sehingga juga mengurangi beban penggunaan kertas yang notabene berasal dari pohon,” Jelasnya.
Narasumber Ramhaniah menjelaskan tentang Etika Digital. Menurutnya media sosial dapat diartikan area public yang ada hukum ikut menyertai didalamnya. Negara Indonesia sendiri telah memiliki rambu-rambu aturan dalam dunia digital atau internet. Misalnya Undang-Undang ITE atau KUHP serta aturan lainnya. Dan yang paling penting pula adalah bangsa Indonesia tidak boleh melupakan adab dan sopan santun.
Rezky Firmansyah sebagai Key Opinion Leader dalam webinar kali ini, menjelaskan latar belakang dirinya aktif menggunakan media social adalah untuk menyebarkan inspirasi dan pemikiran yang positif untuk masyarakat lebih luas. Sehari-hari dirinya memang merupakan seorang penulis buku dan cerpen.
Para peserta mengikuti dengan antusias seluruh materi yang disampaikan dalam webinar ini, terlihat dari banyaknya tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada para narasumber. Salah satunya yaitu Rafael Hakim yang menanyakan bagaimana cara menghadapi transpormasi digital khususnya hatespeech ?
Dimana menurut para Narasumber bahwa sebetulnya tidak harus terlalu rumit bagaimana literasi digital atau trik-trik khusus, media social atau kehidupan didunia digital merupakan cermin atau repleksi dari kehidupan nyata. Kita sebaiknya tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain, termasuk juga dalam dunia digital jangan terlalu banyak komentar-komentar yang tidak perlu.
Webinar ini sendiri merupakan satu dari rangkaian 23 kali webinar yang diselenggarakan di kabupaten Ogan Komering Ulu. Masyarakat diharapkan dapat hadir pada webinar-webinar yang akan datang.