****
beritasebelas.id, Baturaja – Sebagai agen perubahan (Agen of change) mahasiswa diharapkan mampu mengedukasi masyarakat dalam menggunakan media internet. Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk tidak menyebar berita hoaks yang dapat memicu ujaran kebencian.
Bijak dalam bermedia sosial ini menjadi salah satu tema yang terus diangkat oleh Kementerian Kominfo RI dalam rangkaian webinar literasi digital di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Jumat (17/9/2021). Webinar digelar pukul 09.00 Wib mengangkat tema Bijak Bermedia Sosial “Jangan Asal Sebar di Internet.”
Kegiatan massif yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh Direktorat Pemberdayaan informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo RI ini bertujuan mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitif-nya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.
Pada webinar yang menyasar target segmentasi mahasiswa sukses dihadiri 280 peserta dari 690 pendaftar. Hadir sebagai narasumber nasional pada webinar ini Ardi Widi Yansah, S.Sos, Praktisi Komunikasi dan Editor Foto Majalah Gatra dan Rasid, S.Sos, M.A, M.ud, Editor Jurnal Komunity Online Fakultas Dakwah UIN Jakarta.
Sedangkan narasumber lokal yakni Rakhmat Saleh, M.I.P, Kabag Kemahasiswaan Universitas Baturaja dan Azwar Aripin, M.Pd.I Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam STAI Baturaja.
Dikatakan Ardi Widi Yansah, S.Sos, dunia digital menjadi aktifitas keseharian masyarakat terutama akses terhadap media sosial yang sangat sering buka, bahkan rata-rata menghabiskan waktu berjam-jam sehari untuk berselancar di media sosial.
Apalagi di masa Pandemi sekarang ini kita memang dipaksa untuk lebih akrab dengan internet, karena banyak masyarakat bekerja dan belajar dari rumah.
“Di Indonesia sendiri pengguna media sosial sebanyak 171 juta jiwa. Oleh karena itu kita harus memahami ciri-ciri informasi yang berkualitas. Adapun ciri-cirinya informasi tersebut harus akurat, lengkap, tepat waktu, relevan, dan benar,” ujarnya.
Menurutnya, pada dasarnya fungsi informasi yaitu menambah pengetahuan, mengurangi ketidakpastian, mengurangi resiko kegagalan, dan memberi standar. Selain itu juga kita harus paham dengan jenis konten yang positif yakni konten yang edukatif, informatif, inspiratif dan konten menghibur.
“Dalam beraktifitas kita sering mencari informasi, maka pahamilah juga cara memilih informasi yang baik yakni, tentukan apa yang kita butuhkan, cari informasi dari sumber yang terpercaya, lakukan cross check, hindari menyebarkan hoaks, dan tetap mengedepankan sopan santun,” jelas Ardi.
Sedangkan narasumber lainnya, Rasid, S.Sos, M.A, M.ud, mengatakan menggunakan internet sehat yaitu dengan cara bijak dan sadar akan rekam jejak digital, mengerti efek baik dan buruk dan mengakses link bermanfaat, dan jelas orientasi dan akses link bermanfaat.
Internet memiliki dua sisi yakni positif dan negatif oleh karena itu pahami bentuk tujuan keamanan internet, pentingnya menjaga data pribadi, menjaga jejak digital, melindungi diri dari kekacauan konten negatif.
“Tips menggunakan internet yang sehat yakni berperilaku yang baik di dunia maya, verifikasi berita sebelum dibagikan, atur akun dan kata sandi, pikirkan dahulu sebelum mengirim sesuatu, jangan mudah menerima permintaan pertemanan, stop rumor yang tidak jelas,” kata Rasyid.
Kabag Kemahasiswaan Universitas Baturaja, Rakhmat Saleh, M.I.P. mengungkapkan saat ini masyarakat memiliki budaya baru yakni budaya digital, dikatakannya sekarang eranya digital. Artinya kehidupan masyarakat sudah integral dengan dunia maya atau terhadap media sosial.
Media sosial tidak bisa dijadikan musuh, tapi justru harus dimanfaatkan. Namun pengguna media sosial terutama mahasiswa sebagai agen perubahan tidak sampai terjebak menyebarkan berita hoaks atau berita bohong, sehingga justru merugikan diri sendiri maupun orang lain.
“Hal lainnya terkait maraknya situs-situs yang menyebarkan berita palsu (hoaks) menurut Kapolda NTT mencapai 800.000 situs. Jumlah yang sangat besar dan mengkhawatirkan serta membahayakan persatuan bangsa,” kata Rahmad.
Menggunakan media sosial juga tak terlepas dari etika dalam bermedia sosial. Dikatakan Azwar Aripin, M.Pd.I, etika berkaitan juga dengan konsep kebenaran dalam arti jangan sampai menyampaikan berita bohong, kalau pun benar apakah juga masuk kategori asas kepantasan. Tidak semua hal itu pantas untuk disebarkan begitu saja. Lalu apakah media sosial itu penting sebagai pertanyaannya, jawabannya tentu saja sangat penting.
“Apalagi misalnya dalam kondisi Pandemi kita semua dipaksa agar berinterakasi melalui media sosial dimaksud khususnya untuk tetap menjaga proses pembelajaran. Pergunakanlah media sosial untuk hal-hal yang positif, kita diberi kebebasan tapi bukan berarti tidak beretika,” kata Azwar.
Fitri Sebagai key opinion leader dalam webinar kali ini yang merupakan ibu dari dua anak dan juga owner business, menuturkan bahwa dengan adanya media sosial sangat mendukung untuk berkomunikasi dengan teman lama dan mengelola bisnis juga.
Media sosial yang paling sering dioperasikan adalah instagram, akan tetapi dalam mengelola bisnis kita tetap harus memiliki website. Sedangkan untuk pemasarannya kita menggunakan instagram.
“Penggunaan media sosial yakni penggunaan media sosial WhatsApp, biasanya kita punya grup keluarga, di mana saya sebagai satpam/penyaring berita, dimana biasanya ada keluarga yang sering membagikan informasi yang kurang valid, biasanya saya mengingatkan mereka untuk mengecek kembali berita tersebut. Hal ini saya lakukan untuk melindungi keluarga terlebih dahulu dari berita hoaks,” Tuturnya membagikan pengalamannya.
Bagaimana menjaga keamanan anak didik supaya aman di dunia digital, salah satu pertanyaan peserta webinar, di mana menurut Rasid dengan cara tindakan preventif dapat dilakukan yaitu, komunikasi dan kontrol dari orang tua, anak harus diberi batas dan diperhatikan bahwa situs dan media yang anak gunakan aman bagi anak.
Webinar ini merupakan satu dari rangkaian 23 kali webinar yang diselenggarakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Mengingat Pengguna internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 202,6 juta jiwa. Total jumlah penduduk Indonesia sendiri saat ini adalah 274,9 juta jiwa. Ini artinya, penetrasi internet di Indonesia pada awal 2021 mencapai 73,7 persen dan hal ini juga berpeluang termakan berita hoax atau berita bohong.