****
beritasebels.id, Palembang – Meski meraih tiga medali emas dan satu perak, Slamet Riansyah turun tak sesuai diklasifikasi paraatletik pada pesta olahraga terbesar disabilitas tanah air, Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XVI Papua 2021 lalu.
Berdasarkan data pembinaan dan prestasi dari National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) Sumsel, Slamet Riansyah wajar meraih torehan prestasi yang begitu luar biasa dengan empat medali. Pasalnya, Slamet Ryansyah bertanding di kategori turun klasifikasi dari klasifikasi T-47 menjadi klasifikasi CF.
T-47 sendiri merupakan klasifikasi jenis klasifikasi tuna daksa bagian tangan kiri, sedangkan CF merupakan jenis klasifikasi tuna daksa bagian tangan kiri dan kaki kiri. Artinya, secara kekuatan jika seorang atlet memiliki klasifikasi T-47 akan tetapi turun tanding di klasifikasi CF maka akan memiliki kekuatan yang lebih. Hanya saja, tentu hal tersebut menciderai sportifitas olahraga karena melawan rival yang lebih lemah klasifikasi.
“Karena atlet disabilitas dengan umum itu beda. Untuk lolos ikut Peparnas misalnya, atlet harus lolos limit dan klasfikasi,” ujar Wakil Ketua II Bidang Pembinaan Prestasi NPCI Sumsel masa bakti 2021 lalu Sutinah, S.Pd, Senin, 14 Maret 2022.
Lebih lanjut dikatakan Sutinah, bahwa sebelum kemudian memperkuat Papua Slamet Riyansyah mengikuti tes Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) yang digelar NPCI Sumsel dalam rangka menyeleksi atlet Sumsel yang akan turun di Peparnas XVI Papua.
Sesuai dengan kondisi disabilitas yang dimilikinya, Slamet Riansyah mengikuti tes Pelatda NPCI Sumsel diklasifikasi T-47. Akan tetapi hasilnya sangat jauh dari limit nasional, sehingga ia pun gagal masuk Pelatda.
“Bahkan pertimbangannya bukan hanya hasil seleksi Pelatda, tapi juga saat Slamet Riansyah ikut Peparprov 2019 di Prabumulih saja gagal meraih medali karena limit yang dihasilkan jauh,” pungkasnya.
Pihaknya berharap para atlet NPCI Sumsel tetap menjunjung sportifitas dalam kompetisi.