Musim Penghujan Waspada Kencing Tikus

| |

kop-dalam-berita

oleh Haqulana – foto Ilustrasi

beritasebelas.com,Banyuasin – Dipuncak musim penghujan yang kerap menimbulkan banjir dan genangan, warga perlu waspada dengan Penyakit Cikungunya, dan Leptospirosis atau Kencing Tikus.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin dr Masagus Hakim mengatakan, selain diare, dan DBD yang kerap menyerang warga pada musim penghujan. Juga patut diwaspadai Penyakit Cikungunya, dan Leptospirosis atau Kencing Tikus.

kencing-tikus
[Foto ilustrasi tikus – google]
“Penyakit ini cukup berbahaya dan kerap menyerang pada manusia tatkala musim penghujan,” jelasnya saat dihubungi, Minggu 4 Desember 2016.

Menurutnya, Leptospirosis ini disebabkan oleh bakteri Leptospira yang biasanya terdapat pada kotoran hewan dan menular ke manusia melalui air dan tanah. Bakteri ini dengan mudah berkembang biak pada lingkungan yang becek, berlumpur, dan kotor.

“Jaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit dimusim penghujan,” jelasnya.

Gejala penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi, mual, ruam kulit, muntah dan sensitif terhadap cahaya. Gejala-gejala di atas cukup umum sehingga membuat bingung dan sering dikira sebagai gejala dari penyakit lain.

“Bila tidak segera ditangani bisa masuk gejala kedua dari Leptospirosis meliputi kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput otak), komplikasi pernapasan, dan gagal hati. Gejala-gejala fase kedua bisa mengancam jiwa,” jelasnya.

Bagi anggota keluarga yang terlanjur menderita penyakit tersebut diharapkan untuk tidak membuang urine sembarangan. Sebab, urine dari individu yang terkena penyakit ini merupakan sumber utama penularan.

“Dimusim penghujan biasanya disertai dengan banjir, biasanya air kencing tikus terbawa melalui banjir dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata, dan hidung,” ungkapnya.

Selain itu masyarakat juga mewaspadai genangan air yang dapat menjadi lokasi tumbuh kembang nyamuk. Seperti Cikungunya yang marak terjadi setiap musim hujan.

“Penyakit ini disebabkan oleh Virus Cikungunya, juga ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes Aegypti. Gejalanya demam mendadak, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit,” ujarnya.

Gejala lainnya adalah nyeri otot, sakit kepala, menggigil, kemerahan pada selaput mata, pembesaran kelenjar getah bening dibagian leher, mual, muntah, dan kadang-kadang disertai gatal pada ruam. Demamnya sering rancu dengan penyakit demam dengue, demam berdarah dengue, dan campak. Tetapi, nyeri sendi merupakan gejala yang menonjol.

“Penyakit Cikungunya merupakan Self Limiting Disease. Sehingga, pemberian obatnya bersifat simtomatis, seperti obat antinyeri dan penurun panas. Jika dalam 2 -3 hari belum membaik, segeralah ke dokter atau rumah sakit. Setelah penderita sembuh, rasa nyeri pada sendi masih bisa terasa hingga beberapa minggu atau bulan. Setelah itu, akan hilang dengan sendirinya dan tidak menimbulkan kelumpuhan,” katanya.

print

Sebelumnya

Ulak Pandan Wakil Lahat PKKKB Kes Sumatera Selatan

Banyuasin Rawan Penyakit Rabies

Berikut