
—
Arto
beritasebelas.com,Palembang – Tak ada keluh kesah diwajahnya. Baginya, pendidikan menjadi wajib sebagai sebab untuk menuai masa depan. Semangatnya memetik masa depan sungguh mampu mematahkan kelelahannya yang ia harus tuai setiap harinya. Ia pun terlihat ceria seperi teman-temannya. Padahal perjuangan keras setiap pagi harus dilaluinya sebelum ia sampai ke sekolah.
Ya, Nur Ardiansyah, begitulah nama lengkap. Remaja yang merupakan siswa SMK Negeri 5 Palembang membuktikan bahwa semangat mampu mengalahkan rasa lelah.
Benar saja, sosoknya yang tegar itu harus berjalan sepanjang 6,2 kilometer dari kediamannya untuk menuju sekolah. Agar tak terlambat ke sekolah, ia harus berangkat pukul 05.00 Wib selepas waktu solat subuh.
Selain terkendala keuangan, tak ada kendaraan ya ia miliki. Perjuangannya juga harus dilakukan merawat ibunya yang tengah menderita stroke. Ia harus mengurus keperluan ibunya hingga menyuapi ibunya sebelum ia harus berangkat sekolah.
Demi meraih cita-cita, Muhammad Nur Ardiansyah yang tinggal di Jalan Angkatan 66 Lorong Rukun Setia nomor 1618 RT 20 RW 06 Kelurahn Pipa Reja Kecamatan Kemuning Palembang, rela menempuh jarak 6,2 km dengan berjalan kaki untuk menimba ilmu di SMK Negeri 5 Palembang, yang beralamat Jalan Demang Lebar Daun Palembang.
Beragam cuaca telah dilalui menemani menjadi saksi jejak semangatnya selama tiga tahun ini. Daya tahan dan daya juang yang ditempanya saat ini, bukan instan, pengalaman-pengalaman pahit akrab menemani sepanjang sejarah menyelesaikan setiap jenjang sekolah yang ia jalani
Dengan seragam putih abu-abu, Nur Ardiansyah yang ditemui mengatakan, bahwa jarak sekolah ke rumah mereka sejauh 6,2 km, harus ditempuh selama 45-60 menit perjalanan, demikian sebaliknya.
“Lumayan jauh untuk sekali jalan sangat capek. saya harus berangkat paling lambat jam 5 subuh. Kalau tidak, bisa terlambat saya. Itupun, diperjalanan juga harus ada istirahat minimal sekali,” tuturnya, Minggu 17 Februari 2019.
Hidup dengan seorang ibu yang mengalami stroke sejak beberapa tahun lalu, membuat Nur harus mencari nafkah dan mengurus keperluan sang bunda yang merupakan satu-satunya orang yang menjadi tumpuan tempat ia mengadu berkeluh kesah.
“Ibu saya terkena stroke sejak saya duduk dibangku SMP kelas IX, sebelum terkena stroke ibulah yang bekerja mencari nafkah, ia bekerja sebagai asisten rumah tangga, sekarang ibu tak bisa lagi memberikan nafkah untuk saya karena sekarang tubuh ibu hanya bisa terbaring di tempat tidur, untuk menyambung hidup kami saya terpaksa mengabil alih tugas ibu tersebut,”kata Nur.
Meski terkendala biaya dan ekonomi keluarga, saya tak putus asa, tekad saya bulat untuk melanjutkan pendidikan, walaupun dengan banyak rintangan.
“Alhamdulillah ketika akan melanjutkan pendidikan selanjutnya, saya mendaftar di SMKN 5 Palembang dan berhasil masuk ke sekolah ini, dan berkat kebaikan Kepala SMKN 5 saya diberikan kebebasan untuk pembiayaan administrasi perlengkapan sekolah sehingga saya tidak membayar sedikitpun uang baju dan atribut yang lain,”cerita Nur.
Bukan saja itu, untuk menyambung hidup dan biaya kebutuhan ibu yang lumpuh saya pun juga dibebaskan dari biaya komite, bahkan dikasih uang saku. Bagi saya itu bantuan yang sangat berharga dan membangkitkan motivasi saya untuk lebih giat belajar demi cita-cita agar masa depan saya lebih baik.
“Saya tak ingin kemiskinan ini menjadi suatu kendala untuk menuntut ilmu, saya ingin melanjutkan keperguruan tinggi, oleh sebab itu saya terus berusaha belajar sebaik mungkin agar bisa mendapat beasiswa bidik misi,”tutupnya.
Sementara itu, Kepala SMKN 5 Palembang, Drs H Zulfikri, M.Pd, mengatakan, dirinya sangat terapresiasi melihat anak seusia Nur Ardiansyah yang begitu semangat berjalan kaki setiap hari, bahkan ia rela meninggalkan masa anak-anaknya demi mengurus seorang ibu yang lumpuh.
“Sungguh membuat saya begitu tersentuh, jarang anak seusia Nur mau belajar dan mengurus ibu setiap hari,”ujarnya.
“Untuk meringankan bebannya, kami dari pihak sekolah telah membebaskan dia dari biaya apapun, bahkan kami juga memberikan sedikit bantuan uang untuk menambah kebutuhan untuk ibu dan ongkos agar dia tetap sekolah, karena ini juga lembaga pendidikan kita mendidik, mendapat uang harus kerja keras, kita perbantukan membersihkan ruangan. Biaya untuk makan, ongkos agar mereka itu ada rasa tanggungjawab terhadap sekolah,”pungkasnya.