beritasebelas.id, Palembang – Praktek mafia minyak goreng yang membuat pemerintah angkat bendera putih dan meminta maaf tak bisa mengontrol Harga Eceran Tertinggi (HET) membuat banyak kekecewaan masyarakat.
Tak terkecuali, Ketua Lembaga Anti Narkoba (LAN) Pengurus Wilayah (PW) Sumatera selatan Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU), Dodi Haro Utama angkat bicara soal tak kunjung usainya kelangkaan minyak goreng di Indonesia.
“Dalam keadaan pandemi seperti ini lagi – lagi masyarakat Indonesia selalu saja tertimpa masalah yang terkadang tidak jelas awal permasalahannya, seperti kelangkaan salah satu kebutuhan pokok yaitu minyak goreng”, kata Dodi, Sabtu 19 Maret 2022.
Dilanjutkannya, Kelangkaan minyak goreng sekarang ini cukup membingungkan masyarakat, karena sebagai salah satu negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) Sawit terbesar hal ini sangatlah aneh, karena menurut data yang dihimpun dari pengusaha gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (GAPKI) produksi minyak mentah sawit tahun 2021 hanya menurun 46,88 juta ton atau turun 0,31 persen dari capaian 2020 sebesar 47,03 persen.
“Seperti yang diketahui oleh masyarakat dunia dan Indonesia merupakan salah satu negara penghasil CPO terbesar di dunia, tetapi ada hal menarik tentang alasan yang diutarakan pemerintah bahwa kelangkaan minyak goreng disebabkan penurunan produksi CPO secara besar – besaran tetapi fakta data yang didapat dari gabungan pengusaha kelapa sawit Indonesia (GAPKI) produksi minyak mentah sawit tahun 2021 hanya menurun 46,88 juta ton atau turun 0,31 persen dari capaian 2020 sebesar 47,03 persen, dan itu hanya sedikit”, ungkap Dodi.
Bahkan dalam kesempatan ini Dodi Hari Utama juga menanggapi isu – isu yang dilempar oleh pemerintah melalui menteri perdagangan terkait kelangkaan minyak goreng yang sangat tidak masuk akal, seperti menyalahkan pedagang (Distribusitor) yang melakukan penimbunan, pengaruh perang antara Rusia dan Ukraina.
“Perlu dicermati bersama bahwa isu – isu atau pembelaan diri pemerintah melalui menteri perdagangan terkait kelangkaan ataupun melonjaknya harga minyak goreng disebabkan faktor yang berubah – ubah seperti penimbunan yang dilakukan oknum distributor, hingga pengaruh perang antara Rusia dan Ukraina sangatlah tidak masuk akal,” tegas DHU.
DHU juga mengatakan dengan polemik tentang kelangkaan minyak goreng saat ini sudah pasti kembali rakyat menjadi korban, dan untuk itu pemerintah tidak perlu banyak mengeluarkan alasan yang cukup membingungkan masyarakat, cukup dengan memberikan rakyat solusi atas masalah ini, apalagi menjelang bulan suci ramadhan yang diprediksi meningkatkan konsumsi minyak goreng masyarakat.