Perjuangan Bangkit Prasetyo Setelah Divonis Buta

| |

Kop
Arto

***

Raih Empat Medali di Peparnas XVI Papua

beritasebelas.id, Papua – Masih segar diingatan Prassetyo, 2002 lalu dokter berjuang menyelamatkan kedua bola matanya, namun Prassetyo dinyatakan mengalami kebutaan.

Ternyata, jatuh dirinya dulu di usia TK baru berdampak buruk pada bola matanya pada tahun 2002 (saat usia SMP). Tahun 2002 tersebut, menjadi awal ujian berat bagi pria kelahiran 29 Mei 1987 ini. 

Prassetyo hampir tak sanggup menjalani dengan kondisi yang tak pernah ia bayangkan. Masa remajanya harus ia tanggalkan, karena kondisi bola matanya.

“Tujuh tahun dari 2002 sampai 2009 saya depresi, putus asa, saya malu dengan teman-teman,” tutur pemilik nama lengkap Prasetyo Fitrianto, Jumat 12 November 2021.

Di penghujung masa depresi tersebut, Prasetyo dipertemukan dengan penyandang disabilitas khusus orang-orang tuna netra. Ia mulai berkenalan dengan para disabilitas tuna netra yang tergabung dalam Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni).

Semangat hidupnya pun mulai tumbuh. Rasa percaya diri hingga dukungan teman-temannya membuat Prasetyo mulai bangkit. “Ternyata saya tidak sendiri,” terang putra tunggal dari pasangan Imam Tauchid dan Tri Sumarti ini.

Satu tahun kemudian di tahun 2010, ia mengikuti multievent bergengsi olahraga di level pelajar dan meraih juara II. Menyusul 2011 ia meraih juara III di event yang sama meraih juara 1 di tahun 2012. 

Ia pun melepas masa lajangnya dengan wanita pujaannya bernama Sriana pada 2015 silam dan mendapatkan dua putri bernama Misella dan Marshanda. Semangatnya makin tumbuh dengan support istri dan kedua anaknya.

Dan di tahun 2016, ia mulai turun di laga bergengsi olahraga disabilitas terbesar tanah air yakni Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XV Jawa Barat dan berhasil menorehkan medali perak dan perunggu.

Prestasi Prasetyo mulai menukik tajam. Bahkan di Peparnas XVI di Tanah Papua 2 hingga 15 November 2021 berhasil merah tiga medali emas dan satu medali perak.

Tiga emas berhasil disumbangkan di nomor catur cepat perorangan, catur cepat beregu dan catur klasik standar perorangan. Sementara satu medali perak di beregu klasik.

Disinggung mengenai resep kemenangannya, Prasetyo mengaku ada hal lain selain latihan rutin di bawah asuhan para pelatih yakni Maksum Firdaus, Fahmi, Sudarmono, Fiko dan Alex yakni mental dan spiritual.

Dari arahan para pelatihnya juga diberi pesan agar saat kompetisi jangan dibuat beban berat tapi bermainlah dengan enjoy. 

“Dan sebelum berangkat kemarin, Saya minta doa dan restu orang tua, mertua istri dan anak-anak,” pungkasnya. 

print
Sebelumnya

Cerdas dan Bijak Berekspresi di Media Sosial

Menjadi Masyarakat Cerdas Diruang Digital

Berikut