—
Arto
beritasebelas.com,Palembang – Setelah berhasil meraih penghargaan Adiwiyata Mandiri 2017, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 17 Palembang mengincar prestasi sekolah Eco ASEAN pada 2020 mendatang.
Penghargaan Adiwiyata Mandiri sendiri merupakan penghargaan tertinggi di Indonesia bagi sekolah yang menerapkan kebersihan dan peduli lingkungan, baik dalam kurikulum, kegiatan belajar mengajar (KBM) dan kegiatan lainnya di sekolah.
“Sekarang target kita ke tingkat ASEAN yakni penghargaan Eco ASEAN pada 2020 mendatang,” ujarnya, Minggu 6 Agustus 2017.
Dalam mencapai hal tersebut, lanjutnya, dibutuhkan waktu paling tidak minimal tiga tahun untuk membina 10 sekolah dari luar Sumatera Selatan. Pembinaannya pun hampir sama dengan program Adiwiyata, dimana yang lebih ditekankan pada kebersihan dan kurikulum berbasis lingkungan hidup.
Menurutnya, pembinaan sendiri tidak mesti dilakukan disana selama berbulan-bulan, namun cukup dengan kunjungan kerja dan memberikan materi program lengkap dengan cara pengerjaannya. Kemudian, kedepannya dilakukan monitoring dan berkomunikasi secara intens kalau ada kendala yang terjadi.
“Kalau pos anggaran khusus dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memang ada, namun akan kita masukkan dalam rencana kegiatan anggaran sekolah (RKAS) tahun depan, sehingga lebih maksimal pembinaan ke-10 sekolah tersebut,” terangnya.
Selain itu, Miswayuti menambahkan, saat ini pihaknya tengah membuat inovasi Eco Break, yakni dengan memasukkan sampah plastik kedalam botol bekas plastik hingga padat yang kemudian dapat digunakan sebagai pengganti batu bata.
“Kita akan buat Eco Break sebagai pengganti batu bata. Jadi nanti sampah-sampah plastik ini akan dikumpulkan dalam wadah botol plastik dan dipadatkan. Kemudian akan disusun menjadi bangku taman dan pondasi taman sekolah,” ungkapnya.
Memang, diakuinya, inovasi sekolahnya ini belum diuji secara ilmiah. Namun ketika melalui uji secara alamiah dimana pihaknya menyusun beberapa bahan Eco Break menjadi kursi dan dilekatkan dengan lem silikon, ketika diduduki dan diinjak, kursi tersebut tetap kokoh.
“Ya kalau uji laboratorium ataupun ilmiah memang belum kita lakukan. Tapi ketika kita susun bahan tersebut menjadi bangku dan diduduki, bahan tersebut tetap kokoh,” pungkasnya.