****
beritasebelas.id, – Guna memberikan pemahaman kepada para wasit dan pelatih pencak silat tentang adanya aturan baru nasional dalam pertandingan Pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Sumsel menggelar Training of Trainer (TOT).
TOT yang diikuti 186 peserta dari utusan wasit dan pelatih dari 17 IPSI kabupaten/kota di Sumsel ini menghadirkan narasumber Titi Hayati yang merupakan Ketua Lembaga Wasit Juri PB IPSI di Edotel SMKN 6 Palembang, 17-19 Februari 2023.
Ketua Umum IPSI Sumsel Ir H Eddy Santana Putra MT diwakili Sekretaris Umum Drs Darlis mengatakan bahwa TOT ini sangat penting sekali bagi para wasit dan pelatih karena tahun 2023 ini Sumsel menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas).
“Apalagi ditengah kesibukan Ibu Titi Hayati yang merupakan Ketua Lembaga Wasit Juri PB IPSI, Alhamdulillah beliau mau datang ke Sumsel memberikan TOT. Apalagi Sumsel tuan rumah Popnas dan nanti Porprov yang semua peraturan baru harus diterapkan,” ujarnya saat memantau pelatihan TOT, Sabtu 18 Februari 2023.
Darlis berpesan kepada semua peserta yang mengikuti TOT ini, maksimal tiga bulan setelah ini harus sudah memberikan pelatihan kepada daerahnya masing-masing sehingga semua pelatih dan wasit di seluruh daerah di Sumsel memahami.
Menurutnya, IPSI Sumsel dibawah kepemimpinan Ir. H. Eddy Santana Putra, MT terus berkomitmen dalam pembinaan SDM baik pelatih dan wasit. Sehingga peraturan pertandingan baru yang sesuai regulasi yang ditetapkan PB IPSI telah direspon cepat.
“Tentu harapan kita para pelatih dan wasit juri kita betul-betul menerima materi ini dari Nara sumber sehingga kita bisa paham, sehingga mereka punya bekal kemampuan peraturan baru ini,” harapnya.
Sementara itu, Titi Hayati selaku narasumber pada TOT ini menyampaikan bahwa banyak materi tentang penyempurnaan peraturan pertandingan baru. Hampir semua tentang etika dalam pertandingan hingga sanksi bagi yang melanggar.
Menurutnya, TOT ini tingkatannya lebih tinggi dari sosialisasi, kalau sosialisasi itu mengenalkan kepada yang hadir. Sedangkan setelah peserta mengikuti TOT ini ada tugas dari para peserta untuk menyebarkannya kembali, peserta tidak boleh ada yang ketinggalan karena bukan sosialisasi ini. Karena ini menjadikan mereka itu sebagai trainer nanti.
“Disini penyempurnaannya adalah kode etik, baik itu atlet, pelatih, perangkat pertandingan, semua. Jadi tidak ada lagi baik itu di gelanggang maupun diluar gelanggang, atlet nendang ember, pelatih teriak-teriak, semua kita tegaskan,” ujarnya.
Tuntutan juga kepada peserta untuk betul-betul fokus dan setelah itu dibikin tim, boleh campuran antara pelatih dengan wasit juri biar saling koreksi untuk disebarkan di daerahnya masing-masing.
“Kenapa ini penting? karena berubahnya meskipun ada yang mengatakan sedikit tapi ini berubah dari mindset wasit juri termasuk strategi pelatih juga bagaimana cara untuk melatih, cara berstrategi dengan peraturan pertandingan, jadi untuk pelatih harus benar-benar paham dengan peraturan pertandingan sekarang ini, jangan sampai kalah sama aturan,” terangnya.
Tuntutan keinginan dari pencak silat itu sendiri untuk ke Olimpic Games yaitu Asian Games dan Olimpiade. Ketika itu terjadi ada pengawas-pengawas dari IOC salah satu menjadi kritik itu adalah aturan pertandingan yang menjadi kritikan itu peraturan pertandingan kita itu terlalu banyak membuang waktu.
Sementara banyak wasit juri memberikan binaan-binaan sementara untuk tarungnya sedikit sehingga seperti kurang diminati. Indikatornya mau tidak penonton datang berbondong-bondong dan bayar untuk menonton pertandingan pencak silat. Salah satu mereka berpendapat terlalu banyak buang waktu.
“Makanya sekarang dari segi fisik pelatih, wasit juri itu betul-betul harus prima dari fisiknya karena akan lebih banyak dari serang belanya. Kemudian untuk teknik-tekniknya ini tentu saja lebih bebas karena kemarin itu kita terlalu banyak dihentikan. Terlalu banyak yang tidak bolehnya, akhirnya banyak buang waktu, kalau teknik-tekniknya itu teknik pencak silat itu sendiri,” pungkasnya.