****
oleh Eric
Beritasebelas.com, Palembang – Tata niaga penjualan karet dari petani hingga ke pabrik harus disederhanakan karena selama ini terlalu panjang yang melibatkan dua hingga tiga pedagang perantara.
Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Alex K Eddy mengatakan, jika pabrik dapat mengambil langsung maka setidaknya petani akan lebih besar marginnya.
Seharusnya, jika rantai penjualan karet dapat di potong maka petani bisa menjual getah karet menyamai harga di pabrik yakni dikisaran Rp 7.000 per kilo.
Sedangkan saat ini karena ada pedagang perantara membuat harga jual petani hanya Rp 4.000 per kilonya.
“Jika menyuruh pabrik di buat di kawasan perkebunan, saya rasa hal ini tidak mungkin. Satu-satunya cara yakni membenahi infrastruktur jalan karena di beberapa kawasan perkebunan masih harus di tempuh perjalanan darat ke kota dalam dengan waktu tempuh 8-9 jam (seperti dari Muarabeliti ke Palembang),” kata dia.
Lantaran itu, pedagang perantara terpaksa mengutip harga yang rendah karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi.
“Ini yang terkadang membuat serba salah, petaninya sendiri tidak memiliki kendaraan untuk menjual langsung ke pabrik sehingga sangat membutuhkan pedagang perantara, sementara pedagang perantara ini terkadang memberikan harga yang murah sekali,” ujar dia.
Harga karet di tingkat petani anjlok sejak pertengahan 2014 di kisaran Rp 4.500 karena lemahnya penyerapan ekspor akibat pelemahan ekonomi global.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir menyatakan siap membantu dana bagi warga yang ingin membersihkan lahannya dari pohon karet untuk dijadikan sawah.
Bantuan ini untuk merespon keinginan warganya setelah tertekan perekonomiannya dalam dua tahun terakhir akibat penurunan harga karet.