—
Haqulana
beritasebelas.com,Banyuasin – Petani sawit di Banyuasin menjerit, pasalnya harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit, terjun bebas ke angka Rp 600. Jangankan untung, untuk biaya perawatan dan angkut saja tidak cukup.
Seperti yang dikatakan Yanto (35) petani sawit Kecamatan Sungai Rengit, dia sengaja tidak mendodos sawitnya, karena upah dosis atau panen buah sawit tidak sebanding dengan harga jual.

Namun, untuk menghindari pohon rusak, dia terpaksa memanen sendiri buah sawit tersebut walaupun tidak semuanya bisa dilakukan karena keterbatasan tenaga.
“Serba salah, kalau cuma sedikit pembeli tidak mau datang mengambil TBS di kebun, kalau membayar pekerja upah tidak cukup dan kalau tidak di panen bisa merusak produksi buah,” katanya.
Kalau yang memiliki banyak anggota keluarga, mungkin masih bisa memanen tepat waktu dengan cara gotong-royong bersama petani sekitar.
“Kalau kami masih mending bisa gotong-royong, walau hasilnya tidak seberapa, tapi tidak terlalu rugi. Memang serba salah, malahan ada petani yang menjadikan buah sawit sebagai pengganti kayu bakar, dari pada membusuk tak terjual. Karena dipanen sendiri, pengepul tidak mau mengambil karena tidak memnuhi jumlah minimal,” katanya.
Murahnya harga TBS sawit membuat petani kelimpungan, karena mayoritas mereka hanya mengandalkan kebun sawit untuk pembiayaan sehari-hari. Belum lagi sekarang ini sekolah masuk ajaran baru, butuh banyak biaya untuk pendaftaran dan perlengkapan sekolah anak-anak. Ditambah beban cicilan kredit bank yang harus dibayar setiap bulan.
“Sejak harga sawit turun, banyak petani dikejar-kejar debcolector, bahkan ada yang sepeda motor sampai kebun sawitnya disita,” jelas Yanto.
Petani mempertanyakan kenapa harga TBS sawit bisa anjlok lebih dari 50 persen dan tak kunjung naik. Padahal, berdasarkan data yang didapat petani di website pemerintah untuk wilayah Sumatera Selatan harga TBS Rp 1.230/kg dari petani ke pengepul. Selisihnya sangat jauh dengan fakta di lapangan.
“Kami harap tidak ada permainan harga di sini, pemerintah mesti mengecek langsung, agar harga sawit kembali normal,” ungkapnya.
Sukardi SP Ketua KTNA Banyuasin mengatakan, turunnya harga TBS sudah terjadi sejak menjelang Idul Fitri beberapa bulan lalu. Ini terjadi karena jumlah buah melimpah, karena sejumlah petani mempercepat massa panen untuk kebutuhan lebaran.
Akibatnya jumlah buah sawit di pasaran membludak, melampaui kebutuhan perusahaan, sehingga harga dipasaran turun.
“Penurunan ini juga dipengaruhi harga minyak dunia dan kurs dolar terhadap rupiah. Tapi diprediksi akhir tahun ini harga TBS berangsur stabil,” katanya.